Rahim Pengganti

Bab 155 "Merindukan 21+"



Bab 155 "Merindukan 21+"

0Bab 155     
0

Merindukan     

"Mas Daffa kamu udah pulang," ucap Gina dengan berusaha menahan sesak.     

Gina memeluk suaminya, sungguh dirinya sudah sangat merindukan Daffa pria yang berhasil membuat diri nya jatuh cinta dengan merasakan manis nya semua perasaan.     

"Loh kok nangis, harusnya bahagia dong. Gimana lihat suami pulang kok sedih sedih," ucap Daffa. Pria itu memang sengaja tidak memberikan kabar mengenai kepulangannya, karena Daffa ingin setelah dirinya selesai bertugas bisa bersama sama dengan sang istri seperti saat ini. Daffa membawa Gina ke dalam pelukannya, memeluk istrinya dan tak lupa mengecup semua bagian wajah Gina dengan penuh perasaan cinta.     

"Aku kangen kamu," bisik Daffa. Seketika tubuh Gina bergetar mendengar ucapan yang di bisikan oleh sang suami. Gina menatap ke arah suami nya yang tersenyum dengan cerah, hingga kedua bibir mereka saling menyatu. Ciuman yang sudah sangat lama dirindukan oleh mereka berdua, rasa rindu yang sangat mendalam. Kedua nya saling melepaskan rindu, tangan Gina melingkar dengan sempurna di leher suami nya. Gelenyar aneh begitu terasa, di antara kedua nya Daffa segera membawa istri nya duduk di atas sofa, tak lupa rumah mereka di kunci. Hari ini dirinya ingin menghabiskan waktu berdua, waktu untuk saling menyatu satu dengan lainnya.     

Gina duduk dengan sempurna di atas sang suami, bibir kedua nya masih menyatu dengan begitu sempurna, tangan Daffa tidak tinggal diam pria itu terus mencoba membuka kancing baju sang istri, sedangkan Gina masih terbuai dengan ciuman lembut yang diberikan oleh Daffa.     

Semua kancing sudah terbuka, hingga masih tersisa penghalang kedua bukit kembar yang semakin hari semakin dirindukan oleh Daffa. Ciuman kedua nya, terhenti pandangan mata mereka kali bertemu terlihat dengan sangat jelas nafas kedua nya naik turun akibat kegiatan yang terjadi.     

Dari tatapan kedua nya tersirat, dengan jelas bahwa ada sebuah kerinduan yang begitu dalam, senyum di bibir Gina terbit.     

"I want you," ucap Daffa. Gina langsung menganggukkan kepala nya, lalu kedua bibir mereka kembali menyatu. Dengan begitu agresif Daffa melumat bibir manis milik istri nya itu, lama kelamaan bibir Daffa sudah berpindah ke arah leher yang di mana membuat sebuah jejak yang tertinggal di sana, hal itu membuat desahan kecil terdengar di telinga Daffa.     

"Ah!!" Suara yang begitu merdu, suara yang sangat dirindukan oleh Daffa. Suara indah itu semakin membuat Daffa gila, ciuman tersebut sudah berpindah ke bagian dada istri nya, penghalang yang tadi nya berada menutupi kedua bukit kembar saat ini sudah hilang.     

Daffa sudah seperti bayi yang kehausan saat melihat sumber minuman, hisapan yang dilakukan oleh Daffa membuat tubuh Gina bergetar dengan hebat, wanita itu tidak bisa menahan desahan yang keluar dari mulutnya. Tangan Daffa tidak berdiam diri, tapi juga bergerak sentuhan kulit tersebut benar benar membuat perasaan berbeda.     

Kedua nya masuk ke dalam kamar Daffa menggendong istrinya tanpa melepaskan ciuman mereka. Daffa terus saja, memperdalam ciuman tersebut.     

***     

Gerak demi gerakan, di lakukan Daffa sungguh hal seperti ini benar benar membuat nya gila. Gina semakin sempit, dan hal itu membuat Daffa semakin kesulitan memasuki wanita nya.     

"Kenapa … kenapa kamu begitu nikmat sayang!!"     

Gerakan naik turun, yang di ciptakan membuat rasa yang begitu nikmat itu sangat sulit di gambar kan. Daffa segera menyambar bibir sang istri, dicium dan dilumat dengan sangat baik. Menciptakan begitu banyak kenikmatan yang tiada tara, kenikmatan yang luar biasa dirindukan oleh kedua orang tersebut.     

"Mas … aku … aku … aku mau keluar," ucap Gina. Wanita itu sudah mendesah dengan kuat, suara nya begitu merdu di rasakan oleh Daffa.     

"Bersama sayang!!!"     

Cairan cinta itu menghangatkan rahim Gina, Daffa berharap jika sesuatu yang sudah mereka tunggu bisa segera hadir di tengah tengah mereka.     

"I love you sayang," ucap Daffa lalu mengecup dahi sang istri. Gina terdiam menatap ke arah, sang suami yang mengucapkan kata yang membuat hati nya begitu menghangat.     

Daffa lalu, membawa sang istri ke dalam pelukannya mereka berdua berpelukan. Gina masih diam, wanita itu bingung harus bersikap seperti apa.     

"Kenapa?" tanya Daffa, pria itu bingung dengan ekspresi wajah sang istri yang tiba tiba terdiam, tanpa mengucapkan sesuatu Daffa takut jika apa yang diri nya lakukan tadi menyakiti sang istri sehingga membuat Gina bersikap seperti saat ini. "Kamu tadi mengatakan apa Mas?" tanya Gina.     

Sampai detik ini, Gina masih tidak menyangka dengan apa yang dirinya dengar baru saja. Dahi Daffa berkerut, pria itu tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh sang istri. "Mengatakan apa?" tanya Daffa kembali.     

Kedua nya terdiam sesaat hingga, Daffa menyadari sesuatu.     

"I love you."     

"I love you."     

"I love you."     

Ucap Daffa berulang kali, mendengar hal itu membuat hati Gina menghangat, wanita itu begitu bahagia mendengar tiga kata yang baru saja diucapkan sang suami, sungguh diri nya begitu gembira.     

"Mas kamu …,"     

"Iya, entah sejak kapan perasaan itu hadir yang pasti aku tidak bisa jauh dari kamu, semua hal tentang kamu selalu ada di dalam otak aku. Segala nya, hingga aku tidak bisa memikirkan hal lain selain diri kamu. Di sana, hanya ada nama kamu dan kamu yang selalu aku ingat."     

Air mata Gina menetes, saat mendengar ucapan yang dilontarkan sang suami, melihat Gina menangis Daffa langsung mendekap, sang istri dengan begitu penuh kasih sayang. Di usap nya kepala Gina dengan begitu, penuh kasih sayang. "Jangan menangis, kita sudah sepakat memulai semua nya dari awal, jadi please jangan ada lagi air mata yang mengalir. Karena hal itu membuat hati aku sakit, kamu adalah orang yang begitu aku sayang setelah ibu," ujar Daffa.     

Bukan nya mereda, Gina semakin terisak. Wanita itu menangis dengan tersedu sedu, di dalam pelukan suami nya. Daffa mengerti bagaimana perasaan sang istri saat ini, siapa pun juga akan terharu. Saat berada jauh dari istri nya, sejak saat itu diri nya menyadari bahwa ada perasaan lain yang diri nya rasa kan untuk sang istri dan hal itu membuat Daffa yakin bahwa hati nya sudah berpaling kepada sang istri.     

"Sekarang tidur ya, atau mau lanjut?" tanya Daffa dengan menaik turunkan alis nya, melihat hal itu membuat Gina langsung memukul dada suami nya. Mendapatkan perlakuan seperti itu membuat Daffa tersenyum, "Bodo ahh mas," ucap Gina. Wanita segera membalik badan nya namun, dicegah oleh Daffa. Pria itu malahan memeluk istri nya dengan begitu erat, supaya Gina tidak berontak.     

Kedua nya lalu memejamkan mata mereka masing masing, malam ini begitu sangat panjang. Banyak hal yang terjadi, semua menjadi satu rasa nya begitu lega malam ini, rasa rindu semua nya sudah tercurahkan dengan sangat baik.     

***     

Pagi hari nya, Gina terbangun lebih dulu. Wanita itu lalu masuk ke dalam kamar mandi, Daffa masih tertidur dengan nyenyak. Setelah selesai dengan urusan nya, Gina lalu keluar dari dalam kamar pagi ini sangat cerah, hujan tadi subuh membuat cuaca begitu dingin. Gina langsung membuatkan sarapan untuk suami nya.     

Tiba tiba dari belakang ada seseorang yang langsung memeluk Gina, hal itu membuat Gina terkejut sesaat. "Kenapa gak di bangunin," ucap Daffa. Pria itu menempelkan dagu nya ke bahu sang istri. Melihat tingkah laku sang suami benar benar membuat Gina tersenyum. Suami nya memang terbaik dalam hal seperti ini, lihat lah sikap manja Daffa saat ini, berbeda jauh dengan sikap diri nya sebelumya.     

"Kamu mandi dulu deh Mas, biar nanti apel nya semangat," ucap Gina. Namun, Daffa menggelengkan kepala nya. "Kenapa Mas?" tanya Gina. Diri nya langsung membalik tubuh nya dan menatap ke arah sang suami, Daffa segera memanfaatkan waktu tersebut, dan semakin menempelkan diri nya ke arah istri nya.     

"Komandan kasih waktu buat kita yang pergi tugas libur selama tiga hari, kecuali ada hal yang mendesak baru datang dan mengikuti pekerjaan lain nya," jawab Daffa. Gina tersenyum, sungguh diri nya begitu senang saat mendengar ucapan yang baru saja di lontarkan oleh sang suami.     

"Ya sudah sekarang mas Daffa mandi, biar kita sarapan bersama," ucap Gina. Daffa menggelengkan kepala nya, sungguh sikap suami yang seperti ini benar benar membuat Gina rasa nya ingin menggigit pipi suami nya. "Lah kenapa nggak mau mandi?" tanya Gina lagi.     

"Masih mau peluk kamu," jawab Daffa. Mata Gina melotot dengan sangat tajam saat mendengar hal itu, sungguh suami nya ini benar benar random. Ada apa dengan Daffa saat pergi ke luar kota beberapa hari sehingga membuat tingkah laku nya seperti ini. "Mas kalau kamu gak mandi, gak suka peluk peluk aku lagi," ucap Gina dengan tegas. Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh sang istri membuat Daffa terdiam. Segera Daffa langsung pergi dari tempat tersebut, bisa bahaya jika istri nya tidak mau di peluk lagi.     

Sedangkan Gina, tertawa dengan puas saat ekspresi suami nya yang begitu khawatir dengan ancaman yang sudah diri nya gunakan. Gina melanjutkan pekerjaan nya, pagi ini diri nya akan memasak nasi goreng seafood kesukaan sang suami.     

Drt drt drt     

Dering ponsel Gina bergetar segera wanita itu mengambil nya, tertera panggilan video dari sang mertua.     

"Hallo Bu," ucap Gina.     

"Hallo sayang. Kamu lagi apa, nak?" tanya Ibu Sri. Gina lalu mengubah kamera panggilan menggunakan kamera belakang, untuk menunjukkan diri nya sedang memasak.     

"Nasi goreng seafood, itu kesukaan abang. Duh yang kangen, suami nya."     

Gina langsung membalik, kamera nya. "Ibu belum tahu ya?" tanya Gina.     

"Belum tahu apaan, nak?" tanya Ibu Sri balik. Bertepatan dengan hal itu, Daffa sudah keluar dari dalam kamar. Pria itu kembali menyusul istri nya. Gina langsung mengarahkan kembali kamera ke arah Daffa. Saat melihat siapa yang ada di sana, Ibu Sri berteriak wanita itu sangat senang dengan kepulangan anak nya.     

Gina memberikan ponsel nya kepada sang suami, supaya Daffa dan ibu Sri bisa melanjutkan cerita mereka sedangkan Gina kembali menyelesaikan masakan nya.     

***     

Setelah masakan selesai, Gina lalu membawa dua piring nasi goreng ke sofa di mana sang suami duduk.     

"Kamu harus baik baik sama istri, jangan bikin Gina capek. Usaha nya di lanjutkan lagi, pokok nya harus baik baik," ucap ibu Sri. Gina yang baru saja duduk bingung dengan apa yang disampaikan oleh mertua nya itu.     

"Iya … iya … iya ibu, tenang aja. Bapak dan ibu, siap siap aja menerima kabar baik nya," jawab Daffa.     

"Ya sudah ibu tutup. Salam sama Gina, baik baik sama menantu ibu, jangan bikin Gina marah atau capek berlebihan," ucap Ibu Sri lagi. Daffa hanya bisa menghela nafas nya, pria itu lalu menyimpan ponsel sang istri di atas meja setelah panggilan video itu di tutup oleh Ibu nya.     

"Ibu bilang apa? Kok kamu jawab menunggu kabar baik?" tanya Gina, wanita itu sudah sangat penasaran dengan apa yang terjadi. Itulah kenapa diri nya menatap ke arah sang suami dengan tatapan yang begitu intens. "Ibu bilang, suruh usaha terus biar jadi cucu nya. Takut aku nya dinas luar terus, maka nya saat di rumah di gas aja terus," jawab Daffa.     

Mendengar hal itu membuat mata indah Gina melotot dengan tajam. Wanita itu tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sang suami, Gina malahan memukul lengan Daffa cukup kuat dan membuat pria itu mengaduh kesakitan.     

"Udah buruan makan nasi goreng nya," ucap Gina. Sedangkan Daffa sudah memasang wajah cemberut.     

Keduanya lalu makan nasi goreng bersama, sambil Gina menghidupkan acara televisi selama diri nya tinggal di rumah ini. Baru kali pertama Gina menghidupkan nya, karena selama ini kalau bukan Daffa pasti kedua sahabat nya dan jika Gina seorang diri setelah makan diri nya masuk ke dalam kamar.     

Hal itu terus berlangsung selama ini, itulah yang dilakukan oleh Gina. Dan saat ini, lah setelah sang suami pulang Gina mulai menghidupkan televisi nya kembali.     

"Kamu nggak kuliah sayang?" tanya Daffa. Mendengar kata 'sayang' yang baru di ucapkan oleh suami nya itu membuat Gina seketika terdiam. Daffa bingung, pria itu menyenggol istri nya namun, tempat yang di senggol tidak tepat. "Mas!!" pekik Gina. Daffa hanya menampilkan senyuman lebar nya saja.     

"Punya suami kok gini banget sih. Nggak usah pegang pegang atau sentuh sentuh Mas," ucap Gina.     

"Loh jangan gitu dong."     

"Yang kamu lakuin semalam aja masih sakit banget loh Mas."     

"Gemesin soal nya sayang," ucap Daffa sambil menaikan alis nya. Astaga, rasa nya Gina mau melemparkan sang suami pergi ke gunung saat ini. Ada ada saja perbuatan Daffa yang membuat diri nya tidak habis pikir.     

Gina lalu beranjak dari tempat nya, membawa piring bekas nasi goreng tersebut jika berlama lama berada di tempat ini, diri nya bisa kehabisan kata kata karena Daffa selalu saja bisa menjawab.     

Daffa yang melihat hal itu segera menyusul sang istri, pria itu mengambil alih tugas yang di lakukan oleh Gina. Namun, Gina menolak wanita itu tidak mungkin mengizinkan suami nya untuk membereskan makanan mereka. "Udah kamu duduk aja, kamu udah masak dan sekarang tugas aku yang cuci. Kamu tinggal duduk di sana," ucap Daffa. Gina yang tidak mau berdebat dengan sang suami, segera melakukan tindakan yang di ucapkan oleh suami nya itu, Gina duduk di sana. Wanita itu tak pernah lepas mengawasi sang suami yang begitu tampan.     

Aura Daffa begitu besar sehingga membuat Gina tidak bisa berpaling dari suami nya itu, bahkan Gina tidak sadar jika Daffa sudah selesai dengan tugas nya.     

"Hayo, ngelamunin apaan," ucap Daffa. Seketika Gina langsung tersadar dengan apa yang terjadi, melihat senyuman jahil dari suami nya membuat Gina langsung pergi dari tempat duduk tersebut dan masuk ke dalam kamar.     

Daffa lalu menyusul Gina, pria itu melihat sang istri sedang membuka laptop nya. "Mas kenapa di tutup," ujar Gina saat melihat suami nya menutup laptop yang akan dinyalakan oleh Gina. Dan hal itu membuat Gina bertanya tanya.     

"Aku baru pulang loh, dan kamu mau main laptop. Sini aja yok," ajak Daffa. Pria itu mengajak istri nya ke atas tempat tidur Gina awal nya menolak namun, akhir nya mengikuti juga keinginan sang suami. Karena di tolak juga tidak akan mampu, Daffa akan terus memaksakan kehendak nya.     

Sudah hampir lima belas menit kedua nya berada di atas tempat tidur, namun tidak ada satu kalimat pun yang membuka pembicaraan. Kedua nya hanya terdiam, Gina begitu menikmati sentuhan yang diberikan oleh suami nya, sentuhan yang sudah selama ini diri nya rindukan sentuhan yang begitu membuat Gina selalu panas dingin.     

Gina mengangkat kepala nya dan menatap ke arah sang suami, Daffa yang merasakan tatapan yang diberikan oleh Gina ikut menatap ke arah istri nya.     

"Mau gini terus mas?" tanya Gina.     

"Emang kamu mau nya gimana?" Mendengar pertanyaan tersebut membuat, Gina tahu mau kemana lari nya ucapan itu, "Kamu kok jadi mesum gini sih Mas, di sana kamu makan apaan sih. Perasaan saat pergi kamu nggak gini loh, kamu itu bikin aku bingung," jawab Gina.     

Daffa tersenyum, pria itu lalu mengecup singkat bibir istri nya itu, dan hal itu membuat tubuh Gina menegang. Sungguh Gina begitu, kaget dengan apa yang dilakukan oleh suami nya.     

"Kenapa bengong sih sayang, kamu harus terbiasa dengan apa yang akan kita lakukan. Aku berubah karena aku tahu, harus nya seperti ini. Kita menikah dan menyatu adalah suatu hal yang harus di syukuri," ucap Daffa.     

Kedua nya mulai bercerita banyak hal terutama mengenai apa saja yang di lakukan oleh Daffa di sana. Bahkan Gina tidak sadar jika kancing baju yang dirinya gunakan sudah terlepas sedikit demi sedikit.     

Pakaian yang di gunakan oleh Gina, adalah daster yang menggunakan kancing di depan dari atas hingga bawah dan hal itu sangat di sukai oleh Daffa. Saat semua kancing nya sudah terbuka dengan sempurna Gina kaget saat tangan besar milik sang suami menyentuh kedua bukit kembar milik nya.     

"Mas kamu …," Ucapan Gina terputus, hal itu terjadi karena Daffa sudah menyatu bibir mereka lagi. Pria itu membawa istri nya dalam dekapan nya.     

***     

Tubuh itu sudah naik turun seperti jungkat jungkit. Kali ini, Gina yang berada di atas dan pemandangan seperti ini, benar benar membuat Daffa begitu semangat. Lengkukan tubuh sang istri yang begitu indah membuat Daffa begitu menggila. Setiap kali kedua nya menyatu, hal yang seperti pertama kali terjadi selalu dirasakan oleh mereka dan hal itu semakin membuat Daffa ketagihan.     

Setelah puas menyaksikan sang istri dari bawa, Daffa mulai membawa istri nya ke bawa dan Daffa mulai kembali menggerakkan diri nya naik turun. Bibir Daffa juga tidak tinggal diam, pria itu mengecup, mengecap, dan menghisap dengan setiap inci dari tubuh Gina. Sudah banyak tanda di leher, dada, dan bahkan perut istri nya itu.     

Desahan demi desahan terdengar saling bersaut sautan. Membuat siapa saja yang mendengarnya, pasti akan terdiam. Suara yang dikeluarkan, oleh kedua nya membuat darah yang ada di dalam diri mereka mengalir dengan sangat deras.     

"Kamu begitu nikmat sayang," ucap nya sembari memacu laju dirinya diatas wanita tersebut.     

Hingga akhirnya keduanya, sampai dipuncak kenikmatan yang tiada Tara. Kenikmatan yang begitu indah dan dahsyat.     

"Daffa!!"     

"Gina!!"     

Keduanya saling memekik nama pasangannya, Aidan tersenyum melihat raut wajah puas milik Della. Pria itu kembali menghisap kedua bukit kembar milik Della, dengan satu tangannya meremas bagian lainnya.     

"Aku lelah," ucapnya. Mendengar ucapan itu Aidan melepaskan permainannya, lalu menatap ke arah Della.     

"Kamu yakin? Tubuh kamu meminta hal lebih sayang," bisik nya. Gina terdiam diri nya menyerah, di saat dia sudah lelah tapi tubuh nya berkata lain. Kedua nya kembali melanjutkan kegiatan panas mereka, saat ini Gina kembali berada di atas memaju mundurkan badan nya, memimpin permainan yang begitu panas ini, permainan yang sangat luar biasa.     

Suara aneh yang terdengar dari mulut Gina, semakin membuat Daffa bergairah, pria itu kembali membalik Gina untuk berada di bawahnya. Melumat bibir Gina dengan penuh nafsu, kedua tangannya tidak tinggal diam saling meremas kedua bukit kembar itu. Desahan yang akan keluar dari mulut istri nya tertahan, karena ciuman yang di berikan oleh Daffa begitu luar biasa.     

Hingga keduanya berkali kali mencapai puncak kenikmatan dunia. Daffa lalu ambruk di atas tubuh sang istri, pria itu mengecup dahi Della cukup lama. Napas keduanya masih tersengal sengal nya, hingga akhi nya Daffa beranjak dari atas tubuh sang istri lalu membawa wanitanya kedalam pelukan tanpa melepaskan penyatuan mereka.     

"Tidurlah Sayang. Aku akan selalu ada di samping kamu," ucapnya     

Entah sudah berapa banyak cairan cinta yang disemburkan oleh kedua nya yang jelas saat ini sudah tidak terhitung lagi. Permainan semalam yang begitu dahsyat nyata nya masih kalah dengan permainan hari ini, tubuh Gina sudah tidak kuat lagi wanita itu akhir nya terlelap dalam dekapan indah dan begitu hangat dari suami nya.     

"I love you, aku akan selalu ada di dekat kamu selama nya."     

Sayup sayup Gina masih mendengar ucapan yang dilontarkan oleh suami nya itu. Namun, karena diri nya sudah sangat lelah membuat Gina akhir nya menutup mata. Saat ini, diri nya mau tidur karena sudah sangat capek. Begitu juga dengan Daffa, pria itu memejamkan mata nya, untuk kembali menstabilkan tenaga yang entah datang dari mana sehingga membuat dirinya hari uni begitu bertenaga.     

###     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.